TIMES INDRAMAYU, JAKARTA – "Nilai-nilai dalam agama selalu ada yang partikular dan universal. Nilai partikular menjadi ciri khas masing-masing agama dan tak ada pilihan kecuali saling bertoleransi satu sama lain. Sedangkan, nilai-nilai universal dalam agama adalah tanpa batas, kita bisa belajar dari siapa pun lintas agama," kata Abdul Mu'ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.
Apa yang disampaikan oleh Abdul Mu’ti tersebut adalah komentar untuk karya Moh Ramli berjudul: Teladan dan Nasihat Islami Paus Fransiskus.
Buku ke-7 yang ditulis oleh seorang wartawan ini terbit pada Juni 2025, dengan tebal 160 halaman, dan diterbitkan JejakPustaka, Yogyakarta.
Pada tanggal 21 April 2025, Paus Fransiskus meninggal dunia dalam usia 88 tahun di Domus Sanctae Marthae di Kota Vatikan.
Sebelum wafatnya, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan tersebut sempat melaksanakan perjalanan apostolik sekaligus kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 3-6 September 2024.
Sebagai wartawan di lapangan, Moh Ramli mengakui mendapatkan inspirasi untuk menjadikan kedatangan Paus kaum papa tersebut menjadi sebuah karya buku.
Ia mengaku terkesan pada kepribadian pria asal Argentina itu yang sederhana dan jauh kesan glamor.
"Yang menjadi fokus perbincangan publik di Indonesia bukan tentang nama besarnya, melainkan tentang keteladanan atas kesederhanaannya yang luar biasa," kata Moh. Ramli di Jakarta, Minggu (15/6/2025)
Misalnya, Moh Ramli mencontohkan, selama di Indonesia alih-alih meminta di hotel mewah berbintang lima, Paus Fransiskus justru menginap di Nunsiatur Apostolik, atau Kedutaan Besar Vatikan, di Jakarta.
"Selama kunjungannya ke Indonesia juga, Paus Fransiskus menggunakan Toyota Innova Zenix sebagai kendaraan resminya. Bukan mobil yang dirancang khusus untuk kepala negara. Tentu masih banyak tontonan kesederhanaan dari Paus Fransiskus saat di Indonesia," jelas pria asal Sumenep, Madura itu.
Tak hanya teladan, penulis buku: Tragedi Demokrasi ini juga menyampaikan, dalam khotbahnya di Gelora Bung Karno (GBK) atau pun di Istana, Paus Fransiskus juga bak menanam kata-kata mutiara dan nasihat-nasihat penting di hati dan pikiran masyarakat di Bumi Khatulistiwa ini.
"Dalam buku yang Anda pegang ini, saya menguraikan bagaimana keteladanan dan nasihat-nasihat dari tokoh agama asal Argentina itu koheren dengan ajaran Islam yang disampaikan dalam Alquran maupun Hadis Nabi Muhammad SAW. Itulah yang saya sebut sebagai sisi islami," ujarnya.
Banjir Apresiasi
Buku karya Moh. Ramli Teladan dan Nasihat Islami Paus Fransiskus. (FOTO: dok. Pribadi)
Buku ini banjir apresiasi dari banyak tokoh. Koordinator program World Religions and Word Church, University of Notre Dame, Amerika Serikat, Mun'im Sirry mengatakan, karya Moh Ramli ini merupakan refleksi seorang santri atas pandangan, sikap, dan perilaku Paus Fransiskus.
"Paus ini unik dari berbagai segi. Di samping perhatiannya yang tinggi terhadap kaum marginal dan miskin. Paus sangat gencar menggalang dialog lintas-agama dengan penekanan pada kasih Tuhan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dia juga memperkenalkan beragam pembaharuan ke dalam Gereja," katanya.
"Buku ini mengingatkan saya pada sebuah riwayat yang mendorong kaum Muslim supaya mengambil hikmah dari manapun asalnya. Selamat Mas Ramli, atas karyanya yang keren ini," ujarnya.
"Buku ini yang merekam sekaligus memberikan pelajaran kepada kita semua mengenai pesan-pesan islami Paus, merupakan salah satu penebal urgensi pelajaran dari Paus untuk kebinekaan Indonesia," kata Hendardi dari Setara Institute.
"Buku ini menarik untuk dibaca dan diberi perhatian terkait dengan apa yang dicoba digali oleh penulis, yaitu pelajaran atau nilai-nilai Islami yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus," ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sudarnoto Abdul Hakim.
Royalti untuk Gaza
Sebagai ikhtiar kecil Moh Ramli, semua royalti dari penjualan buku Teladan dan Nasihat Islami Paus Fransiskus tersebut akan disalurkan ke Gaza, Palestina.
Menurutnya, ada beberapa alasan kenapa keputusan tersebut diambil. Pertama, niat Moh Ramli sejak lama sebelum buku ini selesai ditulis.
Kedua, Paus Fransiskus saat hidupnya adalah tokoh yang mendukung secara penuh kemerdekaan Palestina. Ketiga, di beberapa bab buku ini menjelaskan topik kemerdekaan Palestina dan penjajahan yang dilakukan oleh Israel.
Keempat, sebagai seorang Muslim dan warga Indonesia, penulis memiliki kewajiban berkontribusi untuk Palestina.
Menyumbangkan royalti buku untuk warga Gaza adalah cara yang saat ini dapat penulis lakukan untuk mewujudkan kontribusi tersebut.
"Saya berterima kasih kepada kawan-kawan yang ingin memesannya sebagai ikhtiar kecil untuk ikut mendukung Palestina," tandasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengupas Sisi Islami Mendiang Paus Fransiskus
Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
Editor | : Ronny Wicaksono |